The Last Hope: A Sacrifice for The Truth click here
Dilautan luas terlihat fajar telah mengusir malam yang memang telat membayar uang kost. Dua orang manusia telah usai menyelam mencari ikan. Diperahu kecil yang mereka gunakan terdapat banyak ikan-ikan konsumsi yang telah ditangkap sejak malam tadi.
“Lumayan dapat banyak hari ini. Tapi sepertinya ada yang aneh pada suhu laut tadi malam.” Kata nelayan bertampang bajak laut, bermata satu.
“Iya aku juga merasakannya. Rasanya air mulai hangat dan menjadi dingin kembali.” Sahut nelayan satu lagi berwajah berewokan layaknya Wolverine.
“Bukan itu yang aku maksudkan. Tapi maaf soal titik hangat tadi, itu aku kencing dalam air hehe...”
“Jadi kau tadi mengen...” Kemarahan nelayan mirip Wolverin tadi terhenti melihat keadaan laut yang semakin aneh saja.
Awan mendung tebal menyelimuti daerah itu, gelombang laut semakin tinggi. Tepat dibawah perahu kecil kedua nelayan tadi muncul gelembung-gelembung yang semakin lama semakin banyak. Mereka berdua kebingungan dengan apa yang terjadi dan memutuskan untuk melompat dari perahu dan berenang menjauh. Mereka mulai menghitung 1 sampai sejuta untuk melompat bersama-sama, dirasa terlalu lama mereka menyingkatnya jadi 1 2 3 lalu mereka berdua melompat dari perahu.
Wuuuussshhh...
Sebuah kuil batu muncul dari dasar laut dan dipenuhi karang warna-warni, alih-alih ingin berenang menjauh kedua nelayan malah terjun dalam formasi batuan yang sangat rumit dan kokoh.
“Tempat apa ini?” Tanya si mata satu ternganga melihat sekeliling.
“Hei mata satu, coba lihat kesini! Ada emas disini!” Ajak si berewok yang sudah berlari menuju pintu yang sangat besar. Seolah sang penulis yang satu ini malas mencari nama untuk kedua nelayan yang tidak terlalu penting keberadaannya dan asal saja memanngilnya berewok dan mata satu.
Si mata satu berlari menghampiri berewok yang telah terlebih dulu masuk dalam kuil. Di dalam kuil yang gelap itu memang terdapat banyak emas seperti harta bajak laut yang ditinggalkan pemiliknya. Kedua nelayan tadi bersenang-senang dan mandi dalam lautan harta dalam kuil dan tak menghiraukan telur raksasa yang tergantung diatas mereka yang mulai retak.
“Apa rencanamu setelah pulang membawa harta sebanyak ini wok?” Tanya mata satu sembari memasukkan kepingan emas kedalam saku celananya.
“Aku akan mencukur brewokku dan mendirikan tempat karoke di setiap penjuru dunia.” Jawab brewok melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan mata satu.
“Tapi jika kalian mati ditempat ini tak ada gunanya kan?” terdengar suara menggema dari dalam kuil penuh harta yang membuat kegiatan memasukkan koin dalam kantung celana berhenti.
“Wok kamu dengar gak tadi?” mata satu melihat sekeliling sambil menyipitkan matanya.
“Kenapa? Kamu takut? Lambaikan saja tanganmu kekamera.” Jawab berewok santai seakan mereka sedang dalam acara uji nyali.
“beneran serem wok, sumpah aku merinding ni.” Kaki mata satu mulai bergetar dan dia berlari mendekati si berewok.
Duuum...
Dentuman besar itu disebabkan oleh mahluk besar berwajah naga tak bertanduk dan tak memiliki ekor. Ya benar, itu adalah Pemutar-Balik-Dunia yang telah bangkit kembali.
“Halo manusia, sudah siap menemui penciptamu?” Tanya Pemutar-Balik-Dunia dengan gaya santai.
“Lihat mata satu, dia hanya seekor naga laut saja.” Si berewok mulai mengeluarkan cakar besi yang ada ditangannya.
“Iya ya, kenapa tadi aku takut? Ayo kita serang!” Tak mau kalah, mata satu mebuka tutup matanya dan terdapat pemancar laser dibalik tutup matanya tersebut.
Dua nelayan tadi ternyata memiliki kekuatan terpendam dan mereka layaknya mutan di x-men. Apa yang terjadi selanjutnya? Pemutar-Balik-Dunia telah kembali dan belum ada yang tau. Dunia akan semakin kacau dari sebelumnya. Percayalah!
Dilautan luas terlihat fajar telah mengusir malam yang memang telat membayar uang kost. Dua orang manusia telah usai menyelam mencari ikan. Diperahu kecil yang mereka gunakan terdapat banyak ikan-ikan konsumsi yang telah ditangkap sejak malam tadi.
“Lumayan dapat banyak hari ini. Tapi sepertinya ada yang aneh pada suhu laut tadi malam.” Kata nelayan bertampang bajak laut, bermata satu.
“Iya aku juga merasakannya. Rasanya air mulai hangat dan menjadi dingin kembali.” Sahut nelayan satu lagi berwajah berewokan layaknya Wolverine.
“Bukan itu yang aku maksudkan. Tapi maaf soal titik hangat tadi, itu aku kencing dalam air hehe...”
“Jadi kau tadi mengen...” Kemarahan nelayan mirip Wolverin tadi terhenti melihat keadaan laut yang semakin aneh saja.
Awan mendung tebal menyelimuti daerah itu, gelombang laut semakin tinggi. Tepat dibawah perahu kecil kedua nelayan tadi muncul gelembung-gelembung yang semakin lama semakin banyak. Mereka berdua kebingungan dengan apa yang terjadi dan memutuskan untuk melompat dari perahu dan berenang menjauh. Mereka mulai menghitung 1 sampai sejuta untuk melompat bersama-sama, dirasa terlalu lama mereka menyingkatnya jadi 1 2 3 lalu mereka berdua melompat dari perahu.
Wuuuussshhh...
Sebuah kuil batu muncul dari dasar laut dan dipenuhi karang warna-warni, alih-alih ingin berenang menjauh kedua nelayan malah terjun dalam formasi batuan yang sangat rumit dan kokoh.
“Tempat apa ini?” Tanya si mata satu ternganga melihat sekeliling.
“Hei mata satu, coba lihat kesini! Ada emas disini!” Ajak si berewok yang sudah berlari menuju pintu yang sangat besar. Seolah sang penulis yang satu ini malas mencari nama untuk kedua nelayan yang tidak terlalu penting keberadaannya dan asal saja memanngilnya berewok dan mata satu.
Si mata satu berlari menghampiri berewok yang telah terlebih dulu masuk dalam kuil. Di dalam kuil yang gelap itu memang terdapat banyak emas seperti harta bajak laut yang ditinggalkan pemiliknya. Kedua nelayan tadi bersenang-senang dan mandi dalam lautan harta dalam kuil dan tak menghiraukan telur raksasa yang tergantung diatas mereka yang mulai retak.
“Apa rencanamu setelah pulang membawa harta sebanyak ini wok?” Tanya mata satu sembari memasukkan kepingan emas kedalam saku celananya.
“Aku akan mencukur brewokku dan mendirikan tempat karoke di setiap penjuru dunia.” Jawab brewok melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan mata satu.
“Tapi jika kalian mati ditempat ini tak ada gunanya kan?” terdengar suara menggema dari dalam kuil penuh harta yang membuat kegiatan memasukkan koin dalam kantung celana berhenti.
“Wok kamu dengar gak tadi?” mata satu melihat sekeliling sambil menyipitkan matanya.
“Kenapa? Kamu takut? Lambaikan saja tanganmu kekamera.” Jawab berewok santai seakan mereka sedang dalam acara uji nyali.
“beneran serem wok, sumpah aku merinding ni.” Kaki mata satu mulai bergetar dan dia berlari mendekati si berewok.
Duuum...
Dentuman besar itu disebabkan oleh mahluk besar berwajah naga tak bertanduk dan tak memiliki ekor. Ya benar, itu adalah Pemutar-Balik-Dunia yang telah bangkit kembali.
“Halo manusia, sudah siap menemui penciptamu?” Tanya Pemutar-Balik-Dunia dengan gaya santai.
“Lihat mata satu, dia hanya seekor naga laut saja.” Si berewok mulai mengeluarkan cakar besi yang ada ditangannya.
“Iya ya, kenapa tadi aku takut? Ayo kita serang!” Tak mau kalah, mata satu mebuka tutup matanya dan terdapat pemancar laser dibalik tutup matanya tersebut.
Dua nelayan tadi ternyata memiliki kekuatan terpendam dan mereka layaknya mutan di x-men. Apa yang terjadi selanjutnya? Pemutar-Balik-Dunia telah kembali dan belum ada yang tau. Dunia akan semakin kacau dari sebelumnya. Percayalah!
0 comments:
Post a Comment