Dipagi buta dihari sabtu, Altar Zimbaque
sudah bangun dari mimpi indahnya mimpinya untuk menjadi penyihir terhebat
didunia fiksi buatan pengarang cerita ini. Bukan karena rajin atau memang Altar
tidur kesorean melainkan dia bangun pagi sekali karena masalah sakit perutnya
dan kita semua tau kalau sakit perut harus kemana.
Di negara Indonesia raya merdeka ini
Altar Zimbaque akan memulai tahun pertamanya dalam sekolah sihir paling besar
yaitu Wahkun Madrasah of Sihir.
Altar adalah pemuda tinggi berambut hitam
berwajah manis dan agak memiliki kelainan tingkah laku dibanding anak
sebayanya. Meskipun begitu Altar adalah anak dari pasangan penyihir hebat Harry
Londo dan Genie ohjini sehingga membuatnya terkenal.
Tak terasa sudah 2 jam Altar berada di WC
menuntaskan urusan perutnya. Tiba-tiba datang seekor burung bangau putih entah
dari mana masuknya membawa surat untu Altar. Surat itu berisi demikian
Dear Altar zimbaque
sehubungan dengan formulir yang anda
kirimkan kepada kami untuk mendaftar di sekolah Wahkun madrasah of
sihir. Kami memutuskan bahwa:
Nama: Altar
Zimbaque
Umur: 13
tahun
Nomor: 69
Domisili: semarang
Telah Diterima dalam
sekolah sihir kami. Maka ditunggu kedatangannya pada hari jumat besok di Mall
matahari dengan membawa persyaratan yang tertera di formulir sebelumnya. Gak
ada lu gak rame!!
Panitia pendaftaran
Jeferson
Tungkak
Betapa senangnya Altar membaca surat
pengumuman tersebut dia langsung berdiri dan tak sadar kalau dia baru saja
memutuskan ekor sekundernya.
Tanpa basa-basi Altar kemudian berlari
menuju kedua orang tuanya yang sedang berada di meja makan untuk sarapan.
“pak, akhirnya aku diterima di Wahkun” kata
Altar memberitahukan ayahnya sambil melompat-lompat.
“iya iya sudah tenang aja, sarapan dulu
sini!” suruh pak Harry sambil menggeser kursi supaya Altar bisa duduk.
“hmmmm... baunya enak sekali mah, pasti
masak sup buntut buaya lagi ya?” tebak Altar kepada mamahnya yang sedang masak
didapur. Memang Altar ini suka memanggil ayahnya dengan Bapak sedangkan ibunya
dengan Mamah yang sebenarnya tidak serasi.
“penciumanmu kayak anjing deh nak, hebat
banget.” Ibu Genie mulai menyajikan makanan di meja makan.
“yah mamah ngatain anak sendiri kayak
anjing padahal aku kan kayak babi mah.” Altar membalas candaan ibunya.
Pagi itu
mereka sarapan dengan lahap dan pak Harry berjanji kepada Altar untuk
menemaninya belanja perlengkapan sihir besok.
Sudah 6 hari setelah Altar menerima surat
dari Wahkun madrasah of sihir, itu berarti ini sudah hari jumat, hari dimana
Altar harus berkumpul di Mall matahari seperti pada surat. Altar sudah tak
sabar untuk berangkat dan menyruh ayahnya agar cepat emnyiapkan mobilnya.
Seperti yang ada di Inggris, kaum
penyihir disini juga rahasia. Mereka menyembunyikan dirinya dari hiruk pikuk
manusia normal yang ada di sekitarnya dan tak ingin ada yang mengetahui kalau
mereka adalah penyihir.
Akhirnya Altar dan ayahnya sampai di Mall
Matahari, Altar mulai mengenakan pakaian yang harus dipakai yaitu topi koboi,
sarung tangan pelangi dan sepatu boots warna merah muda tak lupa karpet terbang
yang dimasukkannya dalam tas. Terlihat mencolok memang, tapi ternyata tak hanya
Altar yang memakai pakaian yang bisa dibilang konyol itu, beberapa anak di
dekat lift juga mengenakan pakaian yang sama anehnya dengan Altar, itu berarti
tak hanya Altar yang mendaftar dari semarang. Lalu Altar memutuskan untuk
mendekati anak-anak dekat lift itu.
“hai, apa kabar? Apakah kalian baik-baik
saja?” sapa Altar sangat formal seperti dalam acara rapat negara.
“hai juga, kabarku baik kok, kamu
sendiri?” jawab seorang cewek cantik berambut lurus hitam legam dan pipi tembem
yang bikin gemes kayak bakpao.
“aku juga baik kok. Kenalkan namaku Altar
Zimbaque. Nama kamu siapa?” Altar mengulurkan tangan.
“namaku Nanda, Nanda Nanibia.” Nanda
menyambut tangan Altar yang diselimuti saeung tangan pelangi. “dan kenalkan ini
temanku Jek, Jek Kongo.” Dia menunjuk cowok di sebelahnya yang wajahnya
tertutup oleh topi koboinya.
Ternyata cowok yang bernama Jek itu tidur
dalam posisi berdiri. Cowok berkulit coklat gelap ini sangat pulas tidurnya dan
berdiri seperti orang sadar dan jelas dia terlatih melakukan hal ini.
“ngomong-ngomong kita disini ngapain ya?”
tanya Altar.
“kita disini nungguin panitia penyambutan
dari Wahkun madrasah of sihir.” Nanda kemudian mengeluarkan bungkusan dari
dalam tasnya. “mau beling rasa rumput laut?” dia menawari Altar.
“tidak, terima kasih. Jadi kau juga baru
pertama kali masuk sekolah Wahkun?” tanya Altar mengakrabkan diri.
“iya, hei kau mempunyai karpet terbang
model tahun 1987, ini sudah lama sekali bukan?” Nanda kagum dengan karpet
terbang milik orang tua Altar yang kebetulan masih bagus dan terawat.
“iya ini milik orang tuaku. Sebenarnya
kau ber...” tiba-tiba lift terbuka dan Altar menghentikan pembicaraan dan
menjulurkan kepalanya dalam lift.
Serombongan anak memakai pakaian konyol
seperti Altar berkerumun dalam lift yang dari luar tampak kecil dan dari dalam
tampak luas seluas cintaku padanya.
“kalian mau sekolah atau hanya ingin
bergaya dengan baju konyol kalian?” seorang pria beralis tebal, tua, berkeriput
menawari Altar masuk dalam lift. Jek yang masih tidur ternyata dapat berjalan
sambil tidur dan masuk lift dan perjalanan ke sekolah sihir dimulai.
Chapter 2 click
Chapter 2 click
0 comments:
Post a Comment