Sekolah Sihir (Chapter 1)

Dipagi buta dihari sabtu, Altar Zimbaque sudah bangun dari mimpi indahnya mimpinya untuk menjadi penyihir terhebat didunia fiksi buatan pengarang cerita ini. Bukan karena rajin atau memang Altar tidur kesorean melainkan dia bangun pagi sekali karena masalah sakit perutnya dan kita semua tau kalau sakit perut harus kemana.
Di negara Indonesia raya merdeka ini Altar Zimbaque akan memulai tahun pertamanya dalam sekolah sihir paling besar yaitu Wahkun Madrasah of Sihir.
Altar adalah pemuda tinggi berambut hitam berwajah manis dan agak memiliki kelainan tingkah laku dibanding anak sebayanya. Meskipun begitu Altar adalah anak dari pasangan penyihir hebat Harry Londo dan Genie ohjini sehingga membuatnya terkenal.
Tak terasa sudah 2 jam Altar berada di WC menuntaskan urusan perutnya. Tiba-tiba datang seekor burung bangau putih entah dari mana masuknya membawa surat untu Altar. Surat itu berisi demikian
  Dear Altar zimbaque
 
sehubungan dengan formulir yang anda kirimkan kepada kami untuk mendaftar di sekolah Wahkun madrasah of sihir. Kami memutuskan bahwa:
Nama:                Altar Zimbaque
Umur:                13 tahun
Nomor:               69
Domisili:            semarang
Telah Diterima dalam sekolah sihir kami. Maka ditunggu kedatangannya pada hari jumat besok di Mall matahari dengan membawa persyaratan yang tertera di formulir sebelumnya. Gak ada lu gak rame!!
                                                                                       Panitia pendaftaran
                                                                       
           
                                                                                    Jeferson Tungkak
Betapa senangnya Altar membaca surat pengumuman tersebut dia langsung berdiri dan tak sadar kalau dia baru saja memutuskan ekor sekundernya.
Tanpa basa-basi Altar kemudian berlari menuju kedua orang tuanya yang sedang berada di meja makan untuk sarapan.
“pak, akhirnya aku diterima di Wahkun” kata Altar memberitahukan ayahnya sambil melompat-lompat.
“iya iya sudah tenang aja, sarapan dulu sini!” suruh pak Harry sambil menggeser kursi supaya Altar bisa duduk.
“hmmmm... baunya enak sekali mah, pasti masak sup buntut buaya lagi ya?” tebak Altar kepada mamahnya yang sedang masak didapur. Memang Altar ini suka memanggil ayahnya dengan Bapak sedangkan ibunya dengan Mamah yang sebenarnya tidak serasi.
“penciumanmu kayak anjing deh nak, hebat banget.” Ibu Genie mulai menyajikan makanan di meja makan.
“yah mamah ngatain anak sendiri kayak anjing padahal aku kan kayak babi mah.” Altar membalas candaan ibunya.
Pagi itu mereka sarapan dengan lahap dan pak Harry berjanji kepada Altar untuk menemaninya belanja perlengkapan sihir besok.
Sudah 6 hari setelah Altar menerima surat dari Wahkun madrasah of sihir, itu berarti ini sudah hari jumat, hari dimana Altar harus berkumpul di Mall matahari seperti pada surat. Altar sudah tak sabar untuk berangkat dan menyruh ayahnya agar cepat emnyiapkan mobilnya.
Seperti yang ada di Inggris, kaum penyihir disini juga rahasia. Mereka menyembunyikan dirinya dari hiruk pikuk manusia normal yang ada di sekitarnya dan tak ingin ada yang mengetahui kalau mereka adalah penyihir.
Akhirnya Altar dan ayahnya sampai di Mall Matahari, Altar mulai mengenakan pakaian yang harus dipakai yaitu topi koboi, sarung tangan pelangi dan sepatu boots warna merah muda tak lupa karpet terbang yang dimasukkannya dalam tas. Terlihat mencolok memang, tapi ternyata tak hanya Altar yang memakai pakaian yang bisa dibilang konyol itu, beberapa anak di dekat lift juga mengenakan pakaian yang sama anehnya dengan Altar, itu berarti tak hanya Altar yang mendaftar dari semarang. Lalu Altar memutuskan untuk mendekati anak-anak dekat lift itu.
“hai, apa kabar? Apakah kalian baik-baik saja?” sapa Altar sangat formal seperti dalam acara rapat negara.
“hai juga, kabarku baik kok, kamu sendiri?” jawab seorang cewek cantik berambut lurus hitam legam dan pipi tembem yang bikin gemes kayak bakpao.
“aku juga baik kok. Kenalkan namaku Altar Zimbaque. Nama kamu siapa?” Altar mengulurkan tangan.
“namaku Nanda, Nanda Nanibia.” Nanda menyambut tangan Altar yang diselimuti saeung tangan pelangi. “dan kenalkan ini temanku Jek, Jek Kongo.” Dia menunjuk cowok di sebelahnya yang wajahnya tertutup oleh topi koboinya.
Ternyata cowok yang bernama Jek itu tidur dalam posisi berdiri. Cowok berkulit coklat gelap ini sangat pulas tidurnya dan berdiri seperti orang sadar dan jelas dia terlatih melakukan hal ini.
“ngomong-ngomong kita disini ngapain ya?” tanya Altar.
“kita disini nungguin panitia penyambutan dari Wahkun madrasah of sihir.” Nanda kemudian mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya. “mau beling rasa rumput laut?” dia menawari Altar.
“tidak, terima kasih. Jadi kau juga baru pertama kali masuk sekolah Wahkun?” tanya Altar mengakrabkan diri.
“iya, hei kau mempunyai karpet terbang model tahun 1987, ini sudah lama sekali bukan?” Nanda kagum dengan karpet terbang milik orang tua Altar yang kebetulan masih bagus dan terawat.
“iya ini milik orang tuaku. Sebenarnya kau ber...” tiba-tiba lift terbuka dan Altar menghentikan pembicaraan dan menjulurkan kepalanya dalam lift.
Serombongan anak memakai pakaian konyol seperti Altar berkerumun dalam lift yang dari luar tampak kecil dan dari dalam tampak luas seluas cintaku padanya.
“kalian mau sekolah atau hanya ingin bergaya dengan baju konyol kalian?” seorang pria beralis tebal, tua, berkeriput menawari Altar masuk dalam lift. Jek yang masih tidur ternyata dapat berjalan sambil tidur dan masuk lift dan perjalanan ke sekolah sihir dimulai.

Chapter 2 click

0 comments:

Post a Comment

Sekolah Sihir (Chapter 1)

On Monday, April 23, 2012 0 comments

Dipagi buta dihari sabtu, Altar Zimbaque sudah bangun dari mimpi indahnya mimpinya untuk menjadi penyihir terhebat didunia fiksi buatan pengarang cerita ini. Bukan karena rajin atau memang Altar tidur kesorean melainkan dia bangun pagi sekali karena masalah sakit perutnya dan kita semua tau kalau sakit perut harus kemana.
Di negara Indonesia raya merdeka ini Altar Zimbaque akan memulai tahun pertamanya dalam sekolah sihir paling besar yaitu Wahkun Madrasah of Sihir.
Altar adalah pemuda tinggi berambut hitam berwajah manis dan agak memiliki kelainan tingkah laku dibanding anak sebayanya. Meskipun begitu Altar adalah anak dari pasangan penyihir hebat Harry Londo dan Genie ohjini sehingga membuatnya terkenal.
Tak terasa sudah 2 jam Altar berada di WC menuntaskan urusan perutnya. Tiba-tiba datang seekor burung bangau putih entah dari mana masuknya membawa surat untu Altar. Surat itu berisi demikian
  Dear Altar zimbaque
 
sehubungan dengan formulir yang anda kirimkan kepada kami untuk mendaftar di sekolah Wahkun madrasah of sihir. Kami memutuskan bahwa:
Nama:                Altar Zimbaque
Umur:                13 tahun
Nomor:               69
Domisili:            semarang
Telah Diterima dalam sekolah sihir kami. Maka ditunggu kedatangannya pada hari jumat besok di Mall matahari dengan membawa persyaratan yang tertera di formulir sebelumnya. Gak ada lu gak rame!!
                                                                                       Panitia pendaftaran
                                                                       
           
                                                                                    Jeferson Tungkak
Betapa senangnya Altar membaca surat pengumuman tersebut dia langsung berdiri dan tak sadar kalau dia baru saja memutuskan ekor sekundernya.
Tanpa basa-basi Altar kemudian berlari menuju kedua orang tuanya yang sedang berada di meja makan untuk sarapan.
“pak, akhirnya aku diterima di Wahkun” kata Altar memberitahukan ayahnya sambil melompat-lompat.
“iya iya sudah tenang aja, sarapan dulu sini!” suruh pak Harry sambil menggeser kursi supaya Altar bisa duduk.
“hmmmm... baunya enak sekali mah, pasti masak sup buntut buaya lagi ya?” tebak Altar kepada mamahnya yang sedang masak didapur. Memang Altar ini suka memanggil ayahnya dengan Bapak sedangkan ibunya dengan Mamah yang sebenarnya tidak serasi.
“penciumanmu kayak anjing deh nak, hebat banget.” Ibu Genie mulai menyajikan makanan di meja makan.
“yah mamah ngatain anak sendiri kayak anjing padahal aku kan kayak babi mah.” Altar membalas candaan ibunya.
Pagi itu mereka sarapan dengan lahap dan pak Harry berjanji kepada Altar untuk menemaninya belanja perlengkapan sihir besok.
Sudah 6 hari setelah Altar menerima surat dari Wahkun madrasah of sihir, itu berarti ini sudah hari jumat, hari dimana Altar harus berkumpul di Mall matahari seperti pada surat. Altar sudah tak sabar untuk berangkat dan menyruh ayahnya agar cepat emnyiapkan mobilnya.
Seperti yang ada di Inggris, kaum penyihir disini juga rahasia. Mereka menyembunyikan dirinya dari hiruk pikuk manusia normal yang ada di sekitarnya dan tak ingin ada yang mengetahui kalau mereka adalah penyihir.
Akhirnya Altar dan ayahnya sampai di Mall Matahari, Altar mulai mengenakan pakaian yang harus dipakai yaitu topi koboi, sarung tangan pelangi dan sepatu boots warna merah muda tak lupa karpet terbang yang dimasukkannya dalam tas. Terlihat mencolok memang, tapi ternyata tak hanya Altar yang memakai pakaian yang bisa dibilang konyol itu, beberapa anak di dekat lift juga mengenakan pakaian yang sama anehnya dengan Altar, itu berarti tak hanya Altar yang mendaftar dari semarang. Lalu Altar memutuskan untuk mendekati anak-anak dekat lift itu.
“hai, apa kabar? Apakah kalian baik-baik saja?” sapa Altar sangat formal seperti dalam acara rapat negara.
“hai juga, kabarku baik kok, kamu sendiri?” jawab seorang cewek cantik berambut lurus hitam legam dan pipi tembem yang bikin gemes kayak bakpao.
“aku juga baik kok. Kenalkan namaku Altar Zimbaque. Nama kamu siapa?” Altar mengulurkan tangan.
“namaku Nanda, Nanda Nanibia.” Nanda menyambut tangan Altar yang diselimuti saeung tangan pelangi. “dan kenalkan ini temanku Jek, Jek Kongo.” Dia menunjuk cowok di sebelahnya yang wajahnya tertutup oleh topi koboinya.
Ternyata cowok yang bernama Jek itu tidur dalam posisi berdiri. Cowok berkulit coklat gelap ini sangat pulas tidurnya dan berdiri seperti orang sadar dan jelas dia terlatih melakukan hal ini.
“ngomong-ngomong kita disini ngapain ya?” tanya Altar.
“kita disini nungguin panitia penyambutan dari Wahkun madrasah of sihir.” Nanda kemudian mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya. “mau beling rasa rumput laut?” dia menawari Altar.
“tidak, terima kasih. Jadi kau juga baru pertama kali masuk sekolah Wahkun?” tanya Altar mengakrabkan diri.
“iya, hei kau mempunyai karpet terbang model tahun 1987, ini sudah lama sekali bukan?” Nanda kagum dengan karpet terbang milik orang tua Altar yang kebetulan masih bagus dan terawat.
“iya ini milik orang tuaku. Sebenarnya kau ber...” tiba-tiba lift terbuka dan Altar menghentikan pembicaraan dan menjulurkan kepalanya dalam lift.
Serombongan anak memakai pakaian konyol seperti Altar berkerumun dalam lift yang dari luar tampak kecil dan dari dalam tampak luas seluas cintaku padanya.
“kalian mau sekolah atau hanya ingin bergaya dengan baju konyol kalian?” seorang pria beralis tebal, tua, berkeriput menawari Altar masuk dalam lift. Jek yang masih tidur ternyata dapat berjalan sambil tidur dan masuk lift dan perjalanan ke sekolah sihir dimulai.

Chapter 2 click

0 comments:

Post a Comment