Shinjitsu (Power 11)

Power 10 (click here)

Power 11


Kenapa selalu aku? Kenapa? Cukup! Aku tidak suka mereka! Aku benci mereka! Aku akan membunuh mereka! Aku tidak akan pernah memaafkan mereka! Takkan pernah!

“Rachi! Raichi! Raichi! Kau baik-baik saja? Hei ayo bangun!”

Siapa? Kenapa dia memanggilku? Sebenarnya di mana ini? Itu... aku! Kenapa aku ada di situ? Orang –orang itu... aku ingat! Aku benci mereka!

Tubuh Raichi memerah, Hikari yang disebelahnya terus menerus memanggil Raichi dan mengguncang-guncang tubuh Raichi.

“Raichi! Kumohon sadarlah!” kata Hikari sambil menangis

Kenapa suara itu lagi? Apa ini? Kenapa semuanya hitam? Ke mana orang-orang yang ingin kubunuh? Ah! Itu... kenapa dia ada di sini? Ukh... kepalaku sakit! Kenapa di sini panas sekali?

Tubuh Raichi semakin memerah dan kuku-kukunya mulai memanjang. Para tim medis kebingungan karena Raichi mulai kejang-kejang.

Kejadian sebelumnya...

Semua anggota Shinjitsu sedang berlatih menggunakan senjata. Mereka sedang berlatih menggunakan katana. Ketua juga sudah membagi lencana S pada semua anggota.

Semuanya sudah berlatih keras selama 3 jam. Mereka sudah kelelahan sampai mau pingsan rasanya.

“Kok loyo sih? Kalian harusnya melakukannya seperti ini!” kata ketua sambil menggambil katana

Ketua memeragakan gerakan-gerakan sulit yang sangat cepat. Begitu gerakannya terhenti, boneka-boneka jerami yang dipakai untuk latihan terbelah menjadi potongan-potongan kecil.

Raichi tiba-tiba memegang kepalanya dan pingsan. Semuanya menganggap Raichi Cuma pingsan karena kelelahan. Raichi memang berlatih lebih keras dari semuanya. Tapi semuanya terkejut saat melihat tubuh Raichi memerah.

Gerakan itu! Kenapa? Aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tubuhku panas! Kepalaku sakit! Bayangannya terus terbayang dalam pikiranku! Aku tidak ingin melihatnya lagi!

Aku benci semuanya! Aku akan membunuh semuanya sampai tak tersisa satupun orang lagi di sini! Uaargh! Kepalaku sakit!

Tubuh Raichi perlahan-lahan kembali normal tapi detak jantungnya masih berdetak cepat dan tubuhnya basah karena keringat.

“Raichi! Syukurlah kau sudah sadar!” kata Hikari sambil menghapus air matanya

“Ukh! Aku kenapa?” Tanya Raichi sambil memegang kepalanya

“Kau pingsan dan membuat semua orang khawatir!” kata Earl

“Kepalaku pusing. Aku akan kembali ke kamarku” kata Raichi 

Raichi pergi meninggalkan Hikari dan anggota yang lain. Earl juga menyuruh mereka istirahat sebelum melanjutkan ke latihan selanjutnya

“Cih! Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Aku tau semuanya berbohong padaku!” gumam Raichi di kamarnya

“Apa yang terjadi pada Raichi? Kenapa tubuhnya mejadi merah begitu?” gumam Hikari di kamarnya

“Raichi... tubuhnya menjadi seperti itu lagi... apa yang terjadi pada anak itu ya?” gumam Earl di kantornya.

“Dia mulai lagi ya.... semakin menarik saja” gumam dia di kantornya

Sekarang sudah jam 12 siang, semuanya tertidur di kamarnya kecuali Earl. Dia masih memikirkan dia  yang terus-menerus mengganggu pikirannya.

“Bagaimanapun juga aku tidak ingin Shinjitsu untuk terpecah-belah” gumam Earl

Di SMU Seiryu kira-kira 10 menit sesudah Hikari, Hanabi, Raichi, Ryuuki dan ketua pergi. Seluruh orang-orang di sekolah sudah tidak ada.


Shinjitsu punya orang-orang dari lembaga pemerintahan yang menghapus bukti bahwa Shinjitsu ada. Mereka yang mengurus seluruh orang-orang di sekolah yang tertidur.

“Bagaimana caranya supaya bisa mengimbangi kekuatannya?” gumam Earl sambil mondar-mandir di kantornya

Tinggal 12 jam lagi sebelum misi penyelamatan, Kedua pihak harus sudah siap bertarung mati-matian.

Pukul 12 tepat, semua anggota Shinjitsu sudah ada di depan gerbang sekolah Shinigami dengan partner mereka. Penampilan sekolah itu sudah terlihat tua dan sudah terlantar.

“Sekolah ini parah!” kata Michiru

“Tentu saja! Inikan sekolah tua!” kata Hitomi

“Ayo kita masuk sekarang” kata Raichi

“Jangan masuk dulu” kata Earl

Dia berjalan ke gerbang depan dan melihat halaman di dalamnya yang sudah tak terurus. Banyak rumput liar dan semak-semak berduri yang memungkikan banyak jebakan yang ada di sana.

Ketua melemparkan batu ke dalam, langsung saja panah-panah keluar dari seluruh arah. Itu saja belum cukup, tanahnya terbuka lalu tertutup lagi. Batu itupun sudah tidak bisa ditemukan.

“mengerikan... kira-kira apa ya yang ada di bawah sana?” kata Ryuuki

“Entahlah.....” kata ketua

“Sekarang bagaimana kita masuk?” tanya Hikari

Ketua mencoba lagi dengan melempar batunya ke atas, tapi tidak terjadi apa-apa. Lalu ketua mencoba melemparnya lagi ke arah lain di atas, tidak terjadi apa-apa lagi. Mungkin mereka tidak memasang perangkap di udara.

“Sepertinya tidak ada ranjau di atas. Keluarkan lencana kalian” kata Ketua

“lalu?” tanya Hanabi

“Pikirkan saja flying fox yang kuat dan keren” kata ketua

Mereka semua memikirkan flying fox kreasi mereka sendiri lalu..... Zhiiiiing! Lencananya bercahaya dan bergetar kuat.

“Whoaa! Apa ini?” tanya Komatsu

“Naikan saja ke atas dan katakan ‘on’. Semuanya akan dapat giliran mulai dari Michiru dulu. Berdiri di sini” kata ketua

Michiru berdiri di depan gerbang, menghadap ke dalam sekolah. Dia mengangkat tangannya dan

“On!”

Tali keluar dari lencananya mengangkat Michiru 5 meter dari tanah dan munculah flying fox persis seperti yang dipikirkan Michiru.

Dia segera meluncur dan mendarat dengan selamat di pintu masuk sekolah. Flying foxnya sidah kembali menjadi lencana

Semuanya terkejut saat melihatnya. Ketua menyuruh Hitomi yang pergi selanjutnya lalu Raichi dan yang terakhir adalah ketua.

Semuanya diurutkan menurut tingkat kekuatannya dari yang kuat ke lemah dan ke kuat lagi untuk mencegah sesuatu terjadi pada mereka.

“Oke, semuanya sudah menyebrang kan? Sekarang ayo kita buka pintunya” kata ketua

Ketua menaruh tangannya di gagang pintu dan... mondorongnya. Pintunya berdecit keras dan menggema di koridor. Sekejap saja terdengar bunyi alarm kebakaran berbunyi keras selama kurang lebih 1 menit.

“Hati-hati mungkin alarm tadi untuk mengaktifkan jebakan di lorong ini. Hikari keluarkan sedikit cahaya” kata Earl

Hikari mengeluarkan cahaya yang seperti cahaya senter besar di tangannya. Ternyata bagian dalam sekolah itu tidak tampak seperti penampilan luarnya, masih bersih dan lumayan bagus.

Setelah beberapa detik berjalan, Hanabi menginjak ranjau. Dari atas, muncul sesosok makhluk memakai kain putih. Spontan saja Hanabi menjerit diikuti oleh Hikari yang ketakutan dengan boneka tua itu.

“Kyaaaaaaaaa!!”

Grrrrttt grrrt tembok-tembok bergetar dan muncul duri-duri di sepanjang lorong. Segera saja mereka berlari untuk menjaga agar tubuh mereka tida tergencet oleh 2 dinding yang dipenuhi duri.

Baju Michiru robek sedit karena duri di dinding itu. Begitupun celana jins Naito dan lengan baju Hitomi.

Setelah berlari menelusuri koridor sepanjang 10 meter itu, mereka sampai di ruangan pertama. Hawa dingin yang menusuk kulit keluar dari sela-sela pintu yang setengah berkarat itu.

“Oke, ayo kita buka...” kata ketua

Pintunya agak sulit di dorong karena lantainya yang setengah membeku dan juga engselnya yang sudah berkarat.

Krieeeet  pintupun terbuka.... hawa dingin keluar dengan merajarela membekukan duri-duri raksasa itu

Dalam sekejap saja semuanya menggigil kedinginan. Kabut dari dalam ruangan perlahan-lahan menipis, terlihat sesosok orang yang berdiri di tengah-tengah ruangan yang membeku dan terang itu.

Dia.....

“Zen...” kata Earl sinis

“Stop talking. You’re wasting the time” ujar Zen membalas kata-kata Earl “Aku akan menjelaskan aturan mainnya. Kalian harus menyelesaikan permainan 1 vs 1 ini sebelum matahari terbit” jelas Zen

“1 vs 1?” tanya Hikari spontan

“Kalian akan melawan 5 orang di sini. Tapi kalian harus bertarung 1 lawan 1 dengan setiap lawan kalian. Itu berarti kalian harus meninggalkan teman kalian satu per satu.” jelas Zen “Jadi siapa yang akan kalian tinggalkan?”

“Oh, kalau kalian bersikeras ingin melawanku bersama-sama teman kalian akan mati” ancam Zen seakan bisa membaca raut wajah para anggota Shinjitsu

“Aku yang tinggal!” kata Komatsu dengan berani

“Hei, jangan memutuskan seenaknya!” cegah Earl

“Maaf kapten, tapi 10 lawan satu itu bukan tipeku. Kalian pergilah” kata Komatsu tersenyum

Melihat kesungguhan Komatsu, Earlpun menyerah dan membiarkan Komatsu melawan Zen 1 vs 1.

“Kalau begitu, kalian bersembilan pergilah ke pintu di belakangku dan jangan kembali lagi ke sini” kata Zen

Semuanya mengikuti perintah Zen dan berlari menuju pintu kayu tua dibelakangnya. Dari dekat pintu itu terasa hawa panas yang membuat keringat mengucur keluar.

Begitu pintu dibuka, hawa dingin di ruangan itu perlahan-lahan mulai hilang dan digantikan oleh hawa panas dari ruangan berikutnya.

“Cih.... esku meleleh”

Earl memimpin mereka memasuki ruangan itu, ternyata pemilik ruangan itu adalah kembarannya Zen, Alv.

Mereka memang mempunyai kepribadian yang bertolak belakang dan juga kemampuan yang bertolak belakang. Saudara yang unik, mungkin ini arti dari kalimat manusia harus saling mengisi perbedaan .....

Pintu menutup sendiri setelah semuanya masuk. Sikap Alv dalam menyambut mereka sangat berbeda dengan Zen.

“Yoo, genki desuka (apa kabar)? Siapa yang akan melawanku di sini? Tanya Alv sambil tersenyum ramah

“Aku” jawab Ryuuki

“Baiklah, kuserahkan padamu!” kata Earl

Tanpa diberitau, semuanya berlari ke pintu di belakang Alv. Begitu pintu dibuka, hawa mencengkram menghambur keluar. Orang dibalik pintu itu adalah Ryuuzaki.

“Aku yang tinggal” kata Michiru tanpa ditanya

Lalu semuanya pergi ke pintu berikutnya, kali ini hawa keberadaannya tak terasa seakan-akan tidak ada orang di sana.

Pintupun terbuka, sesosok pria tinggi berbadan kekar sedang duduk di tengah ruangan. Pria yang sama sekali belum pernah mereka jumpai, pria berambut kuning dan bermata biru.

“Mungkin kalian belum pernah menemuiku. Namaku Ken, Ken Kurotsuki. Jadi, siapa yang tinggal?”

“Aku” jawab Akira

Earl menggangguk dan memimpin yang lainnya ke ruangan terakhir. Kali ini orang di ruangan itu sangat unik, dia bertanduk seperti banteng dan juga mempunyai lidah seperti ular.

“Hola nino (Halo bocah)! Namaku El Fransisco! Siapa yang tinggal?” kata orang spanyol itu

“Aku!” jawab Hitomi

“Baiklah, sisanya cinco (5) silahkan pergi ke pintu dibelakangku. Kuperingatkan orang di balik pintu itu sangat kuat Dia pasti menang.... Adios nino! (Selamat tinggal bocah)”

Dibalik pintu besi yang berbeda dengan pintu-pintu kayu sebelumnya ada dia! Apakah Shinjitsu masih mempunyai kesempatan untuk menang???

Power 12 (click here)

0 comments:

Post a Comment

Shinjitsu (Power 11)

On Monday, April 23, 2012 0 comments

Power 10 (click here)

Power 11


Kenapa selalu aku? Kenapa? Cukup! Aku tidak suka mereka! Aku benci mereka! Aku akan membunuh mereka! Aku tidak akan pernah memaafkan mereka! Takkan pernah!

“Rachi! Raichi! Raichi! Kau baik-baik saja? Hei ayo bangun!”

Siapa? Kenapa dia memanggilku? Sebenarnya di mana ini? Itu... aku! Kenapa aku ada di situ? Orang –orang itu... aku ingat! Aku benci mereka!

Tubuh Raichi memerah, Hikari yang disebelahnya terus menerus memanggil Raichi dan mengguncang-guncang tubuh Raichi.

“Raichi! Kumohon sadarlah!” kata Hikari sambil menangis

Kenapa suara itu lagi? Apa ini? Kenapa semuanya hitam? Ke mana orang-orang yang ingin kubunuh? Ah! Itu... kenapa dia ada di sini? Ukh... kepalaku sakit! Kenapa di sini panas sekali?

Tubuh Raichi semakin memerah dan kuku-kukunya mulai memanjang. Para tim medis kebingungan karena Raichi mulai kejang-kejang.

Kejadian sebelumnya...

Semua anggota Shinjitsu sedang berlatih menggunakan senjata. Mereka sedang berlatih menggunakan katana. Ketua juga sudah membagi lencana S pada semua anggota.

Semuanya sudah berlatih keras selama 3 jam. Mereka sudah kelelahan sampai mau pingsan rasanya.

“Kok loyo sih? Kalian harusnya melakukannya seperti ini!” kata ketua sambil menggambil katana

Ketua memeragakan gerakan-gerakan sulit yang sangat cepat. Begitu gerakannya terhenti, boneka-boneka jerami yang dipakai untuk latihan terbelah menjadi potongan-potongan kecil.

Raichi tiba-tiba memegang kepalanya dan pingsan. Semuanya menganggap Raichi Cuma pingsan karena kelelahan. Raichi memang berlatih lebih keras dari semuanya. Tapi semuanya terkejut saat melihat tubuh Raichi memerah.

Gerakan itu! Kenapa? Aku pernah melihatnya di suatu tempat. Tubuhku panas! Kepalaku sakit! Bayangannya terus terbayang dalam pikiranku! Aku tidak ingin melihatnya lagi!

Aku benci semuanya! Aku akan membunuh semuanya sampai tak tersisa satupun orang lagi di sini! Uaargh! Kepalaku sakit!

Tubuh Raichi perlahan-lahan kembali normal tapi detak jantungnya masih berdetak cepat dan tubuhnya basah karena keringat.

“Raichi! Syukurlah kau sudah sadar!” kata Hikari sambil menghapus air matanya

“Ukh! Aku kenapa?” Tanya Raichi sambil memegang kepalanya

“Kau pingsan dan membuat semua orang khawatir!” kata Earl

“Kepalaku pusing. Aku akan kembali ke kamarku” kata Raichi 

Raichi pergi meninggalkan Hikari dan anggota yang lain. Earl juga menyuruh mereka istirahat sebelum melanjutkan ke latihan selanjutnya

“Cih! Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Aku tau semuanya berbohong padaku!” gumam Raichi di kamarnya

“Apa yang terjadi pada Raichi? Kenapa tubuhnya mejadi merah begitu?” gumam Hikari di kamarnya

“Raichi... tubuhnya menjadi seperti itu lagi... apa yang terjadi pada anak itu ya?” gumam Earl di kantornya.

“Dia mulai lagi ya.... semakin menarik saja” gumam dia di kantornya

Sekarang sudah jam 12 siang, semuanya tertidur di kamarnya kecuali Earl. Dia masih memikirkan dia  yang terus-menerus mengganggu pikirannya.

“Bagaimanapun juga aku tidak ingin Shinjitsu untuk terpecah-belah” gumam Earl

Di SMU Seiryu kira-kira 10 menit sesudah Hikari, Hanabi, Raichi, Ryuuki dan ketua pergi. Seluruh orang-orang di sekolah sudah tidak ada.


Shinjitsu punya orang-orang dari lembaga pemerintahan yang menghapus bukti bahwa Shinjitsu ada. Mereka yang mengurus seluruh orang-orang di sekolah yang tertidur.

“Bagaimana caranya supaya bisa mengimbangi kekuatannya?” gumam Earl sambil mondar-mandir di kantornya

Tinggal 12 jam lagi sebelum misi penyelamatan, Kedua pihak harus sudah siap bertarung mati-matian.

Pukul 12 tepat, semua anggota Shinjitsu sudah ada di depan gerbang sekolah Shinigami dengan partner mereka. Penampilan sekolah itu sudah terlihat tua dan sudah terlantar.

“Sekolah ini parah!” kata Michiru

“Tentu saja! Inikan sekolah tua!” kata Hitomi

“Ayo kita masuk sekarang” kata Raichi

“Jangan masuk dulu” kata Earl

Dia berjalan ke gerbang depan dan melihat halaman di dalamnya yang sudah tak terurus. Banyak rumput liar dan semak-semak berduri yang memungkikan banyak jebakan yang ada di sana.

Ketua melemparkan batu ke dalam, langsung saja panah-panah keluar dari seluruh arah. Itu saja belum cukup, tanahnya terbuka lalu tertutup lagi. Batu itupun sudah tidak bisa ditemukan.

“mengerikan... kira-kira apa ya yang ada di bawah sana?” kata Ryuuki

“Entahlah.....” kata ketua

“Sekarang bagaimana kita masuk?” tanya Hikari

Ketua mencoba lagi dengan melempar batunya ke atas, tapi tidak terjadi apa-apa. Lalu ketua mencoba melemparnya lagi ke arah lain di atas, tidak terjadi apa-apa lagi. Mungkin mereka tidak memasang perangkap di udara.

“Sepertinya tidak ada ranjau di atas. Keluarkan lencana kalian” kata Ketua

“lalu?” tanya Hanabi

“Pikirkan saja flying fox yang kuat dan keren” kata ketua

Mereka semua memikirkan flying fox kreasi mereka sendiri lalu..... Zhiiiiing! Lencananya bercahaya dan bergetar kuat.

“Whoaa! Apa ini?” tanya Komatsu

“Naikan saja ke atas dan katakan ‘on’. Semuanya akan dapat giliran mulai dari Michiru dulu. Berdiri di sini” kata ketua

Michiru berdiri di depan gerbang, menghadap ke dalam sekolah. Dia mengangkat tangannya dan

“On!”

Tali keluar dari lencananya mengangkat Michiru 5 meter dari tanah dan munculah flying fox persis seperti yang dipikirkan Michiru.

Dia segera meluncur dan mendarat dengan selamat di pintu masuk sekolah. Flying foxnya sidah kembali menjadi lencana

Semuanya terkejut saat melihatnya. Ketua menyuruh Hitomi yang pergi selanjutnya lalu Raichi dan yang terakhir adalah ketua.

Semuanya diurutkan menurut tingkat kekuatannya dari yang kuat ke lemah dan ke kuat lagi untuk mencegah sesuatu terjadi pada mereka.

“Oke, semuanya sudah menyebrang kan? Sekarang ayo kita buka pintunya” kata ketua

Ketua menaruh tangannya di gagang pintu dan... mondorongnya. Pintunya berdecit keras dan menggema di koridor. Sekejap saja terdengar bunyi alarm kebakaran berbunyi keras selama kurang lebih 1 menit.

“Hati-hati mungkin alarm tadi untuk mengaktifkan jebakan di lorong ini. Hikari keluarkan sedikit cahaya” kata Earl

Hikari mengeluarkan cahaya yang seperti cahaya senter besar di tangannya. Ternyata bagian dalam sekolah itu tidak tampak seperti penampilan luarnya, masih bersih dan lumayan bagus.

Setelah beberapa detik berjalan, Hanabi menginjak ranjau. Dari atas, muncul sesosok makhluk memakai kain putih. Spontan saja Hanabi menjerit diikuti oleh Hikari yang ketakutan dengan boneka tua itu.

“Kyaaaaaaaaa!!”

Grrrrttt grrrt tembok-tembok bergetar dan muncul duri-duri di sepanjang lorong. Segera saja mereka berlari untuk menjaga agar tubuh mereka tida tergencet oleh 2 dinding yang dipenuhi duri.

Baju Michiru robek sedit karena duri di dinding itu. Begitupun celana jins Naito dan lengan baju Hitomi.

Setelah berlari menelusuri koridor sepanjang 10 meter itu, mereka sampai di ruangan pertama. Hawa dingin yang menusuk kulit keluar dari sela-sela pintu yang setengah berkarat itu.

“Oke, ayo kita buka...” kata ketua

Pintunya agak sulit di dorong karena lantainya yang setengah membeku dan juga engselnya yang sudah berkarat.

Krieeeet  pintupun terbuka.... hawa dingin keluar dengan merajarela membekukan duri-duri raksasa itu

Dalam sekejap saja semuanya menggigil kedinginan. Kabut dari dalam ruangan perlahan-lahan menipis, terlihat sesosok orang yang berdiri di tengah-tengah ruangan yang membeku dan terang itu.

Dia.....

“Zen...” kata Earl sinis

“Stop talking. You’re wasting the time” ujar Zen membalas kata-kata Earl “Aku akan menjelaskan aturan mainnya. Kalian harus menyelesaikan permainan 1 vs 1 ini sebelum matahari terbit” jelas Zen

“1 vs 1?” tanya Hikari spontan

“Kalian akan melawan 5 orang di sini. Tapi kalian harus bertarung 1 lawan 1 dengan setiap lawan kalian. Itu berarti kalian harus meninggalkan teman kalian satu per satu.” jelas Zen “Jadi siapa yang akan kalian tinggalkan?”

“Oh, kalau kalian bersikeras ingin melawanku bersama-sama teman kalian akan mati” ancam Zen seakan bisa membaca raut wajah para anggota Shinjitsu

“Aku yang tinggal!” kata Komatsu dengan berani

“Hei, jangan memutuskan seenaknya!” cegah Earl

“Maaf kapten, tapi 10 lawan satu itu bukan tipeku. Kalian pergilah” kata Komatsu tersenyum

Melihat kesungguhan Komatsu, Earlpun menyerah dan membiarkan Komatsu melawan Zen 1 vs 1.

“Kalau begitu, kalian bersembilan pergilah ke pintu di belakangku dan jangan kembali lagi ke sini” kata Zen

Semuanya mengikuti perintah Zen dan berlari menuju pintu kayu tua dibelakangnya. Dari dekat pintu itu terasa hawa panas yang membuat keringat mengucur keluar.

Begitu pintu dibuka, hawa dingin di ruangan itu perlahan-lahan mulai hilang dan digantikan oleh hawa panas dari ruangan berikutnya.

“Cih.... esku meleleh”

Earl memimpin mereka memasuki ruangan itu, ternyata pemilik ruangan itu adalah kembarannya Zen, Alv.

Mereka memang mempunyai kepribadian yang bertolak belakang dan juga kemampuan yang bertolak belakang. Saudara yang unik, mungkin ini arti dari kalimat manusia harus saling mengisi perbedaan .....

Pintu menutup sendiri setelah semuanya masuk. Sikap Alv dalam menyambut mereka sangat berbeda dengan Zen.

“Yoo, genki desuka (apa kabar)? Siapa yang akan melawanku di sini? Tanya Alv sambil tersenyum ramah

“Aku” jawab Ryuuki

“Baiklah, kuserahkan padamu!” kata Earl

Tanpa diberitau, semuanya berlari ke pintu di belakang Alv. Begitu pintu dibuka, hawa mencengkram menghambur keluar. Orang dibalik pintu itu adalah Ryuuzaki.

“Aku yang tinggal” kata Michiru tanpa ditanya

Lalu semuanya pergi ke pintu berikutnya, kali ini hawa keberadaannya tak terasa seakan-akan tidak ada orang di sana.

Pintupun terbuka, sesosok pria tinggi berbadan kekar sedang duduk di tengah ruangan. Pria yang sama sekali belum pernah mereka jumpai, pria berambut kuning dan bermata biru.

“Mungkin kalian belum pernah menemuiku. Namaku Ken, Ken Kurotsuki. Jadi, siapa yang tinggal?”

“Aku” jawab Akira

Earl menggangguk dan memimpin yang lainnya ke ruangan terakhir. Kali ini orang di ruangan itu sangat unik, dia bertanduk seperti banteng dan juga mempunyai lidah seperti ular.

“Hola nino (Halo bocah)! Namaku El Fransisco! Siapa yang tinggal?” kata orang spanyol itu

“Aku!” jawab Hitomi

“Baiklah, sisanya cinco (5) silahkan pergi ke pintu dibelakangku. Kuperingatkan orang di balik pintu itu sangat kuat Dia pasti menang.... Adios nino! (Selamat tinggal bocah)”

Dibalik pintu besi yang berbeda dengan pintu-pintu kayu sebelumnya ada dia! Apakah Shinjitsu masih mempunyai kesempatan untuk menang???

Power 12 (click here)

0 comments:

Post a Comment