Power 15 (click here)
Power 16
Whuuush asap akibat ledakan sudah reda. Hikari berdiri di atas puing-puing labirin, memakai topeng.
“Halo Vi-chan..”
“Cukup basa-basinya, Aku tau apa tujuanmu! Kau berniat mengambil kristalnya yang sudah menyerap kekuatanku untuk meciptakan itu kan”
“Cukup basa-basinya, Aku tau apa tujuanmu! Kau berniat mengambil kristalnya yang sudah menyerap kekuatanku untuk meciptakan itu kan”
“Hmmm... separuhnya benar...”
“Apapun tujuanmu aku tidak akan memberikan kristalnya padamu!”
“Terserah... tapi aku akan mengambilnya secara paksa. Kalau melihatmu... kau tidak memberitaunya tentang hal itu”
“Apapun tujuanmu aku tidak akan memberikan kristalnya padamu!”
“Terserah... tapi aku akan mengambilnya secara paksa. Kalau melihatmu... kau tidak memberitaunya tentang hal itu”
“Tentu saja... dia harus mencaritau sendiri”
“Wah, wah... sudah jam segini, sayang sekali aku harus pergi. Aku ada urusan bersama gadis ini” katanya sambil mengelus pipi Miyu “Ayo pergi semuanya!”
“Wah, wah... sudah jam segini, sayang sekali aku harus pergi. Aku ada urusan bersama gadis ini” katanya sambil mengelus pipi Miyu “Ayo pergi semuanya!”
Dalam sekejap mereka semua menghilang.
“Cih!”
“Cih!”
“Apa yang terjadi?” Tanya Hikari di celah hatinya
“Mereka kabur... Sekarang kau keluar saja, aku ingin memikirkan sesuatu” jawab Vi ketus
“Oi Hikari daijobu?” tanya Naito yang melihat Hikari tiba-tiba jatuh
“Ah.. daijobu desu yo”
“Nee-chan! Apa yang terjadi tadi?” tanya Hanabi
“Yah, macam-macam” Hikari mengingat-ingat kejadian yang tidak pernah ia ketahui
“Ayo kita ke markas untuk mengobati luka-luka yang lain. Kita juga butuh strategi baru” kata Earl
Mereka berjalan menuju ruangan-ruangan yang sebelumnnya mereka lewati.
“Aku akan bawa mereka ke markas. Mereka pasti kehabisan banyak tenaga. Kalian duluan saja” kata Earl
“Yaaah ayo pulang dan memulihkan diri” Naito mengiyakan
Hikari, Hanabi dan Naito pergi meninggalkan Earl yang sibuk mengurus anggota yang pingsan.
“Nee-chan! Lihat aku! Katakan apa yang terjadi selama ledakan tadi!?” kata Hanabi yang melihat wajah Hikari yang lesu
“Bukan hal besar kok...” jawab Hikari
“Lalu siapa orang yang mengambil alih kesadaranmu itu?”
“Bagaimana kau tau dia itu bukan aku?” Hikari kaget. Dia pikir hanya dia yang tau tentang Vi
“Tentu saja aku tau! Aku kan saudaramu”
Mendengar hal itu, Hikari tersentak. Apakah Hanabi tidak tau bahwa dia hanyalah hasil kloning? Hikari bertanya dalam hati. Mereka berjalan dalam diam menelusuri gang-gang sempit.
“Hei! Lihat di atas!” Kata Naito memecah keheningan
“Kereeeen!” kata Hikari dan Hanabi bersamaan
Mereka mengagumi matahari terbit yang meninggi dibalik bukit dengan sinar berwarna oranye kekuningan.
“Hoi! Sedang apa kalian!? Ayo pergi sebelum ada yang melihat” Kata Earl dari belakang.
Di samping Earl terdapat tumpukan orang pingsan yang melayang-layang.
“Ya...”
Di suatu tempat yang beratus-ratus kilo meter jauhnya, dia dan Kagayami sedang membicarakan sesuatu di ruangan tertutup. Penerangannya sangat minim, hanya terdapat 1 lampu bohlam yang mengeluarkan sinar remang-remang.
“Ini dia. Aku sudah membuat duplikatnya” katanya sambil memberikan batu ruby pada Kagayami
“Kau membuat duplikatnya?”
“Kau membuat duplikatnya?”
“Ketepatan dan kemiripannya 97%”
“Hanya 97%? Bukannya kau punya catatan formulanya?”
“Sudah kubilang buku itu terbakar saat kejadian itu! Sudahlah... cepat masukan ruby itu ke dalam mulutnya”
“Ya, ya, ya...”
Kagayami memasukan ruby itu ke dalam mulut Miyu yang masih pingsan dan melewati kerongkongannya. Seketika itu juga, atmosfer di ruangan mulai berubah.
Miyu bangun dengan segel aneh yang bersinar di punggung tangannya. Pemandangan itu tidak asing bagi dia ataupun Kagayami, mereka hanya menatapnya seakan-akan mengharapkan sesuatu.
“Tubuh siapa ini? Di mana Hikari?”
“Tenang dulu Ran... Kalau kau ingin mendapat tubuh Hikari,kita harus menendang keluar Chimera di dalam tubuhnya” katanya
“Jadi Chimera itu yang menghalangi ya... akan kumusnahkan Chimera menjijikan itu”
“Sebelum itu kau harus tau bahwa kau itu hanya duplikat yang dibuat Kozuki. Jadi tidak mungkin bertahan lama”
“Jadi, ruby yang asli ada di mana?”
“Tenang dulu Ran... Kalau kau ingin mendapat tubuh Hikari,kita harus menendang keluar Chimera di dalam tubuhnya” katanya
“Jadi Chimera itu yang menghalangi ya... akan kumusnahkan Chimera menjijikan itu”
“Sebelum itu kau harus tau bahwa kau itu hanya duplikat yang dibuat Kozuki. Jadi tidak mungkin bertahan lama”
“Jadi, ruby yang asli ada di mana?”
“Di Hikari”
Di markas Shinjitsu Hikari sedang duduk di pinggiran tempat tidurnya. Cling sesuatu bercahaya di jari Hikari tapi hanya beberapa detik saja.
“Tadi... cincin ini bercahaya... atau hanya perasaanku saja...” Kata Hikari sambil melihat cincin pemberiannya
“Tadi... cincin ini bercahaya... atau hanya perasaanku saja...” Kata Hikari sambil melihat cincin pemberiannya
“Hikari! Ayo sarapan!” Naito berteriak dari luar
“Aku akan segera keluar!”
Hikari segera berdiri dan segera keluar dan berjalan menuju ruang makan yang besar.
“Yo, Hikari”Michiru menyapanya
“Eh.. kalian semua sudah sadar?”
“Eh.. kalian semua sudah sadar?”
“Tentu saja kan? Memangnya kau mau kami pingsan terus?”
“Maksudku bukang begitu... tapi---“
“Sudahlah! Ayo makan”
“Maksudku bukang begitu... tapi---“
“Sudahlah! Ayo makan”
Dia, Kagayami dan Miyu yang kesadarannya sedang diambil oleh Ran sedang berjalan menuju tempat dimana bawahannya dia dirawat.
“Shigure, Bagaimana keadaan Zen Alv dan Ryuzaki?”
“Mereka sudah sadar tapi belum pulih sepenuhnya”
“Mereka sudah sadar tapi belum pulih sepenuhnya”
“Berapa lama waktu yang dubutuhkan untuk menyembuhkan mereka?
“Entahlah... mungkin 1 bulan”
“Entahlah... mungkin 1 bulan”
“1 bulan... itu terlalu lama. Sepertinya kita terpaksa meninggalkan mereka”
“Memangnya kapan kau berencana melakukan penyerangan lagi, hah?” tanya Kagayami
“Mungkin 1 minggu lagi. Selama itu, Shigure! Kau pemimpinnya, lakukan persiapan dengan mereka.”
“Memangnya kapan kau berencana melakukan penyerangan lagi, hah?” tanya Kagayami
“Mungkin 1 minggu lagi. Selama itu, Shigure! Kau pemimpinnya, lakukan persiapan dengan mereka.”
“Baik! Serahkan padaku Toru-sama”
“Oi, Kozuki! Ayo segera ke tempat itu”
“Ya ya.. ayo pergi”
Dia, Kagayami dan Ran segera meninggalkan tempat itu. Mereka berjalan menuju hutan yang rimbun dengan matahari yang menerobos melalui sela-sela ranting pohon yang dipenuhi daun.
“Oi, Kozuki! Ayo segera ke tempat itu”
“Ya ya.. ayo pergi”
Dia, Kagayami dan Ran segera meninggalkan tempat itu. Mereka berjalan menuju hutan yang rimbun dengan matahari yang menerobos melalui sela-sela ranting pohon yang dipenuhi daun.
Di markas Shinjitsu, Hikari membeku di depan kamar Raichi. Dia ingin membukanya tapi dia tidak bisa. Dia terlalu takut...
“Hikari! Kau sedang apa?” Hitomi berjalan menghampiri Hikari
“Hikari! Kau sedang apa?” Hitomi berjalan menghampiri Hikari
“Emmm...”
“Aku sudah dengar tentang Raichi... Kalau kau ingin melihat kamarnya silahkan saja. Biar kubukakan”
Klek pintu terbuka. Design kamarnya sama dengan kamar Hikari ataupun anggota lainnya. Yang membuatnya berbeda hanyalah foto Hikari saat masih duduk di bangku SMP dipajang di meja kecil di samping tempat tidur.
Setelah melihat sekeliling, mata Hikari terpaku pada sebuah benda yang tergeletak di samping meja belajar. Itu adalah katana dengan surat yang tertempel di pedang itu.
Hikari mendekati katana itu seakan-akan terhipnotis olehnya. Hikari membaca surat yang tertempel di katana.
Setelah melihat sekeliling, mata Hikari terpaku pada sebuah benda yang tergeletak di samping meja belajar. Itu adalah katana dengan surat yang tertempel di pedang itu.
Hikari mendekati katana itu seakan-akan terhipnotis olehnya. Hikari membaca surat yang tertempel di katana.
“Tanjoubi omedeto (selamat ulang tahun) Hikari! Gomen (maaf) telat... Aku tau kau sangat suka katana jadi aku memberimu pedang ini. Semoga kau senang”
“Kenapa Hikari?” tanya Hitomi
“Dia... dia memberiku katana ini” jawab Hikari sambil menyodorkan surat itu pada Hitomi
“Ya.. aku tau”
“Kau tau?”
“Raichi membelinya bersamaku. Rencananya aku akan memberinya padamu kemarin tapi...”
“Ya...”
Mereka berdua membisu di kamar Raichi. Menatap kaki mereka sendiri sampai suara Komatsu terdengar.
“Hikari! Hitomi! Akira! Ayo berkumpul di ruang latihan!”
“Ayo pergi”
“Hikari! Hitomi! Akira! Ayo berkumpul di ruang latihan!”
“Ayo pergi”
“Yaa”
Mereka berdua keluar dari kamar Raichi dan berpapasan dengan Akira. Mereka bertiga berlari menuju ruang latihan.
“Baiklah! Aku hanya ingin memberitau kalian kalau kita akan mengadakan latihan khusus setiap hari dan itu dilaksanakan jam 16.00-18.00 mulai hari ini. Sekarang kalian istirahatkan diri kalian dulu” Kata Earl pada seluruh anggota
“Hoaaam... aku ingin tidur sekarang. Jangan ganggu aku ya” kata Michiru
“Tidak disuruhpun kami tidak mau mengganggumu. Melihat wajahmu saja sudah bikin muak” canda Akira
“Betul! Hahaha” Semuanya tertawa karena lawakan Akira
“Ini tempatnya” kata dia di tepi sebuah danau
“Hoaaam... aku ingin tidur sekarang. Jangan ganggu aku ya” kata Michiru
“Tidak disuruhpun kami tidak mau mengganggumu. Melihat wajahmu saja sudah bikin muak” canda Akira
“Betul! Hahaha” Semuanya tertawa karena lawakan Akira
“Ini tempatnya” kata dia di tepi sebuah danau
“Kau memang pandai memilih tempat... jadi, mana jalan masuknya?” tanya Ran
“Di sini”
Dia mencelupkan jari telunjuknya di danau dan... Grrrrt grrrrt grrrt grrrrt air di danau mulai menyibak membentuk terowongan kecil berbentuk bulat.
“Ayo masuk”
katanya sambil melompat ke terowongan itu dan meluncur turun. Yang lainpun mengikuti
“Ayo masuk”
katanya sambil melompat ke terowongan itu dan meluncur turun. Yang lainpun mengikuti
“Kau punya banyak sekali kloning... memangnya kau berencana membuat apa?”tanya Kagayami yang melihat banyak manusia kloning di labnya
“Hanya meneliti... tidak ada maksud khusus...”
“Lalu, mana benda itu ?” tanya Ran
“Sepertinya di sekitar sini...”
“Wah wah wah... kau masih menyimpan foto lama ini Kozuki?” kata Kagayami mengejek
“Wah wah wah... kau masih menyimpan foto lama ini Kozuki?” kata Kagayami mengejek
Di meja kerjannya, terpajang fotonya, Hikari dan Hanabi yang masih kecil dengan latar belakang pohon sakura yang sedang mekar.
“Wajahmu terlihat menyidihkan” ejek Ran yang melihat wajah dia yang tersenyum gembira”
“Berhenti mengejek! Aku sudah menemukannya” katanya sambil menyodorkan toples kaca berisi sesuatu
“Apa itu!” Hanabi kaget dan terbangun dari tidurnya “Aku memimpikannya lagi... apa yang berada di toples itu? Sial! Aku selalu terbangun di saat-saat penting...”
Tok tok tok pintu kamar Hanabi diketuk
“Hanabi, aku boleh masuk?” tanya Hanabi
“Ya, masuk saja” Hanabi segera merapikan rambutnya yang acak-acakan
Klek pintu dibuka, Hikari masuk dan duduk di sebelah Hanabi
“Hanabi, aku boleh masuk?” tanya Hanabi
“Ya, masuk saja” Hanabi segera merapikan rambutnya yang acak-acakan
Klek pintu dibuka, Hikari masuk dan duduk di sebelah Hanabi
“Ada apa nee-chan?”
“Aku ingin menceritakan sesuatu padamu... Aku juga tidak tau ini benar atau tidak”
“Apa itu?”
Hikari menghela napas “Ada yang bilang kau adalah hasil kloning...”
Wajah Hanabi tidak menunjukkan rasa terkejut sama sekali. Dia malah menghela napas dengan wajah tenang
“Yah... aku memang kloning. Aku sudah tau dari dulu... tapi aku percobaan yang sukses”
“Darimana kau tau?”
“Darimana kau tau?”
“Dari ayahmu... sejak kecil aku sering dibawa ke lab hanya untuk memeriksa keadaanku dan mengetes emosiku”
“Aku sama sekali tidak tau”
“Tentu saja... ayahmu merahasiakannya darimu. Tapi... kau mengetahuinya dari siapa?”
“Seseorang dari dalam tubuhku”
“Siapa dia?”
“Rahasia!” Kata Hikari menjulurkan lidahnya dan segera kabur
“Hoooiii!! Tunnggu!” Hanabi mengejar Hikari yang keluar dari kamarnya
Di labnya, Ran sedang meminum ramuan berwarna hitam pekat. Tapi dia hanya meminum setengahnya saja
“Rasanya sangat tidak enak...” keluh Ran
“Minumlah sampai habis, ramuan itu membantumu untuk mempertahankan kesadaranmu!” tegurnya
“Ya....” Ran meminumnya sampai habis “Ukh... aku seperti meminum racun paling mematikan di dunia...”
“Kozuki, coba kulihat benda itu sekali lagi”
“Kozuki, coba kulihat benda itu sekali lagi”
“Untuk apa?” katanya curiga
“Hanya melihat saja”
“Hanya melihat saja”
“Ini, hati-hati pecah!” katanya sambil menyerahkan toples kaca
“Yaa” katanya sambil meraih toples
Sepertinya dia tidak sadar kalau aku Raichi. Sekarang aku harus pergi dari tempat aneh ini sebelum ada yang sadar! Batin Raichi
Power 17 (click here)
“Yaa” katanya sambil meraih toples
Sepertinya dia tidak sadar kalau aku Raichi. Sekarang aku harus pergi dari tempat aneh ini sebelum ada yang sadar! Batin Raichi
Power 17 (click here)
0 comments:
Post a Comment