Shinjitsu (Power 6)

Power 5 (click here)
Power 6.

(sudut pandang aku tidak dipakai lagi)

Hikari, Hanabi dan Raichi segera pergi mengikuti jejak-jejak anak bertopeng misterius itu tanpa menceriakan apa-apa pada Hikari.

Hikari yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti Hanabi dan Raichi dari belakang. Mereka melewati halaman belakang sekolah yang rimbun, menyebrangi sungai yang menjadi perbatasan sekolah dengan bukit belakang sekolah. Tapi mereka sama sekali tidak menemukan apa-apa

“Sial! Ke mana perginya anak itu!?” kata Raichi

“Memangnya kenapa dengan anak itu?” tanya Hikari yang sudah daritadi ingin tau

“Anak itu... Dia yang membuat semua murid di sekolah pingsan dan dia mengambil partner Raichi”jawab Hanabi tersengal-sengal

“Sudah hampir gelap sekarang. Ayo kita istirahat dulu” kata Raichi

“Istirahat saja di rumahku, tidak jauh dari sini kok!”

“Boleh juga”

Rumah Hikari memang tidak terlalu jauh dari bukit itu. Memang lebih baik di rumah Hikari karena markas letaknya terlalu jauh. Semuanya juga sudah sepakat dengan pendapat Hikari

Mereka  segera berjalan ke rumah Hikari untuk istirahat sebentar. Mereka menelusuri jalan yang mereka lalui tadi sampai di depan sekolah. Suasana jalan sangat sepi, tidak seperti biasanya. Seakan-akan hanya mereka bertiga yang masih hidup di kota itu.

Mereka berjalan menelusuri jalan-jalan yang sangat sepi. Atmosfernya sangat berbeda, atmosfernya terasa menusuk kulit.

10 menit kemudian mereka sampai di rumah Hikari. Semuanya langsung masuk ketika pintu dibukakan, dan segera duduk di sofa sambil menghela nafas. Tapi Hikari langsung bangkit lagi dan memeriksa persediaan mie instantnya.

Untung saja masih tersisa 5 di lemari Hikari. Hikari segera memasak mie instant itu untuk Raichi dan Hanabi yang sedang duduk di sofa. Beberapa menit kemudian mereka sudah di meja makan dengan semangkuk mie panas.

“Waah, arigato Hikari!” kata Raichi sambil tersenyum padaku

“Arigato nee-chan!” kata Hanabi juga

“Dou Ishimashite (terima kasih kembali)....”

Semuanya sudah kenyang sekarang dan siap untuk melakukan pencarian lagi. Raichi sudah berusaha menghubungi markas Shinjitsu tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Semua beranggapan mereka sedang mencari juga.

Sekarang kami kebingungan dimana kita akan mencari lagi... kesunyian yang aneh mendampingi mereka bertiga di rumah.

Tiba-tiba ada suara kaca yang pecah di sudut ruangan memecah kesunyian. Sebuah panah sudah menancap di tembok dengan secarik kertas merah. Mereka segera melihat ke luar jendela itu tapi itu sia-sia. Tidak ada jejak lagi yang tersisa yang ada hanya rumah-rumah lain dan juga langit yang berwarna orange.

“ Aku akan membukanya oke?” kata raichi

“Cepat buka saja!!!” kata Hikari dan Hanabi.

Raichi membuka lipatan kertasnya. Kertas itu berisi teka-teki yang aneh. Raichi membacanya

“Tempat anak-anak bermain dan bersenang-senang
Semua yang menyeramkan dan menyenangkan ada di situ
Banyak jeritan ketakutan dan juga jeritan kesenangan
Semua orang di koshiro pasti mengenal tempat ini
Pergilah saat semua cahaya menjadi seperti bintang”

“Teka-teki.... seseorang pasti menyuruh kita pergi ke suatu tempat” kata Hanabi

“Semua petunjuk megarah pada taman ria. Tapi taman ria yang mana?” kata Raichi

“Taman ria Nakamura... Semua orang pasti mengenal tempat itu” kata Hikari

“Pergilah saat cahaya menjadi seperti bintang... saat lampu menyala...... saat malam! Pergilah saat malam!” kata Hanabi

“Sekarang sudah hampir malam! Cepat kita ke sana!” kata Raichi

Semuanya mengikuti Raichi ke Taman Ria Nakamura. Masih ada setitik harapan lagi yang tersisa untuk menyelamatkan semua orang.

Mereka sudah sampai di Nakamura. Suasananya sangat sepi, tidak ada orang di sana juga tidak ada orang yang pingsan disekitarnya.  Suasana aneh dan mencengkram terasa di depan gerbang yang terbuka itu.

Mereka berjalan masuk ke dalam Taman Ria Nakamura. Sudah ada surat tantangan lagi, kertas berwarna merah yang ditempel di belakang gerbang Nakamura.

“Selama 2 jam, carilah apa yang harus kau cari
Yang sudah diambil tidak akan kembali
 Mereka akan tertidur selamanya
Temukan emas yang paling kau sayangi di bagian atas tubuh”

“Mereka akan tertidur selamanya! Jangan-jangan... Itu semua orang di kota koshiro! Apa mereka belum sadar juga?!” kata Hikari cemas

“Temukan yang paling kau sayangi... Kin (emas, nama partner Raichi) Di bagian atas tubuh.... bagian atas tubuh.... bagian atas tubuh.... kepala” gumam Raichi

“Apa maksudnya itu? Kepala? Tidak mungkin kepala manusia kan?” tanya Hikari

“Mungkin saja patung?” usul Raichi

“Kita hanya diberi waktu 2 jam! Ayo bergerak sekarang” kata Hanabi

Semuanya segera berpencar untuk memeriksa semua patung. Angin malam yang bertiup cukup kencang tidak menggoyahkan tekad mereka untuk mencari Kin.

30 menit sudah berlalu, semua patung di Taman Ria Nakamura sudah diperiksa tapi tetap saja tidak menemukan Kin.

“Bagaimana ini? Semua patung sudah diperiksa kan?” tanya Hanabi yang kecapaian

“Tunggu, Mungkin yang dimaksudkan bukan kepala patung” kata Hikari “Bagaimana kalau suatu tempat. Ummm..... tempan minum? Reverse Head?

“Bingo! ” kata Raichi dan Hanabi

“Kenapa tidak bilang dari tadi sih.....” Hanabi mengeluh

“Sudalah! Cepat pergi!” kata Hikari

Mungkin selama pencarian ini, Hikari dan Hanabi semakin akrab dan Hanabi juga sudah menunjukan sifat manjanya.

Mereka pergi ke Reverse Head itu dan menemukan Kin sedang tertidur di sangkar yang diletakan di meja barnya. Ada kertas merah itu lagi! Kertas merah itu tertempel di sangkar Kin.

“Sekarang apa lagi isinya?” tanya Hanabi

“Tunggu sebentar” kata Hikari

“Waktu kalian hanya 1 jam 15 menit lagi
Ingatlah yang sudah diambil tidak akan kembali
Temui aku tempat yang semuanya hanyalah ilusi
Di tempat yang terdapat mata yang besar
Tidak ada 1pun yang nyata disana”

“Tidak ada yang nyata disana....” gumam mereka bertiga

Jangan-jangan.....!!!!!  mereka bergumam dalam hati seakan-akan itu tempat yang sudah sering mereka kunjungi.

“Ayo kita pergi sekarang! Kita hanya punya waktu 1 jam lagi!” kata Raichi sambil menaruh Kin di pundaknya

“Dan 15 menit lagi” tambah Hikari

“terserah...” balas Raichi

Mereka semua segera pergi ke “tempat itu”. Sudah pasti mereka tergesa-gesa, hanya tersisa 40 menit lagi. Kalau telat sedikit saja semuanya tidak akan sadar selamanya.

Sepertinya ini tidak akan mudah. Ditengah jalan mereka diserang oleh Michiru, Hitomi dan Akira. Mereka terlihat seperti dikendalikan, menatap mereka dengan tatapan kosong.

“Hei!! Sadarlah!!!” teriak Raichi

Itu semua tida berguna, mereka tidak mendengarkan dan terus menyerang. Hikari merasa tidak ingin melukai teman sendiri, begitu juga Raichi dan Hanabi. Mereka hanya terus menghindar.

“Oh ayolah! Kita harus menyerang mereka! Setidaknya membuat mereka pingsan saja!” usul Raichi

“Betul juga....” kata Hanabi

Memang kalau terus menghindar tidak akan membawa efek apapun. Raichi mulai menyerang Akira dengan bola apinya. Tapi sayangnya apinya diapadamkan oleh air Hitomi

“Sial! Air kelemahanku!” guman Raichi

Perlahan-lahan Hikari dan Hanabi juga ikut menyerang.  Hanabi menyerang Akira, laharnya kena tapi tidak terlalu melukainya.

Akira balas menyerang Hanabi, bayangannya menjalar dan mencabik lengan Hanabi. Sekarang lengan Hanabi sudah penuh dengan torehan dalam, darah mengucur dari tempat itu.

“Hanabi, Daijobu (Baik-baik saja)?” tanya Hikari

“Daijobu desu yo (Aku baik-baik saja)” jawab Hanabi

“Hei Raichi! Hanabi terluka!”

“Kita harus selesaikan ini secepat mungkin!”

Hikari mengubah cahayanya menjadi setipis benang, sekarang cahanya hanya berupa sorotan cahanya super kecil. Hikari menyerang Hitomi dengan membuat torehan-torehan yang dalam di tubuh Hitomi dengan cepat.

Sekarang tubuh Hitomi juga penuh dengan torehan dalam. Hitomi balas menyerang dengan tombak airnya, itu membuat betis Hikari terluka sedikit parah.

Raichi menembakan bola-bola apinya pada Michiru sedangkan Michiru membuat listriknya menjalar dan menyetrum tubuh Raichi.

Hikari, Hanabi dan Raichi sudah kelelahan. Entah sudah berapa lama waktu terbuang gara-gara mereka. Sedangkan Akira, Michiru dan Hitomi meskipun mereka juga sudah terluka tapi mereka terlihat biasa saja.

Sekarang mereka harus bagaimana supaya bisa mengalahkan Akira, Michiru dan Hitomi? Mereka semua terlalu kuat dan lebih berpengalaman daripada Raichi yang baru 1 tahun masuk Shinjitsu apalagi Hanabi dan Hikari yang baru-baru ini.

“Hikari, keluarkan cahaya. Alihkan perhatian mereka, kita akan kabur. Hanabi semprotkan lahar pada mereka aku akan membantu” bisik Raichi

“ok”

Sepertinya memang benar, dalam pertarungan yang sesungguhnya otak juga sangat diperlukan untuk membuat strategi.

Hikari menyorotkan cahaya ke mereka bertiga, Hanabi dan Raichi menyemprotkan lahar dan api. Untuk sementara mereka berhasil kabur. Tapi mereka pasti akan segera mengejar.

Hikari, Hanabi dan Raichi harus cepat sampai ke tempat itu sebelum terkejar. Berapa banyak waktu yang tersisa?

Mereka harus sudah sampai sekarang. Sepertinya Akira, Michiru dan Hitomi belum kelihatan di belakang mereka.

Mereka sampai ke tempat itu, tempat yang terdapat mata yang besar tanpa ada gangguan. Mereka segera mencari yang tidak nyata di dalamnya.

Semuanya tidak semulus yang dibayangkan, mereka dihalangi oleh sekawanan lebah di lorong. Lebah-lebah itu sangat banyak, mungkin jutaan!

“Hanabi, kau sudah bisa mengubah laharmu?” tanya Hikari

“Akan kucoba” Kata Hanabi

Hanabi mencobanya tapi gagal. Raichi dan Hikari mencoba menghabisi lebah itu dengan kekuatan mereka, tapi lebah itu tidak ada habisnya! Hikari sudah tersengat 3 kali sedangkan Raichi hanya sekali.

“Hikari, daijobu?”

Daijobu desu yo

Hanabi terus mencoba mengubah laharnya tapi hasilnya hanya percikan-percikan yang tidak cukup untuk melelehkan lebah-lebah itu.

“Oh, Ayolah!” gumam Hanabi

Tiba-tiba jutaan lebah itu jatuh ke tanah .dibarengi dengan percikan lahar. Banyak barang yang berjatuhan di “tempat itu” akibat pertarungan melawan lebah.

“Yatta (berhasil)!” sorak Hanabi

Omedeto ne!’” pujiku

Mereka segera berlari secepat mungkin ke tempat yang tidak nyata. Waktunya pasti hanya tinggal 5 menit lagi, tentu saja mereka panik sekarang.

Akhirnya mereka sampai ke tempat yang tidak nyata. Seseorang bersandar di samping rak, wajahnya tertutup oleh bayangan rak besar itu.

“Kalian hebat juga bisa sampai di sini” kata suara parau itu

“Lalu selanjutnya apa!?” kata Raichi

“Cepat sadarkan semua orang di kota!” kata Hikari

“Sepertinya mereka akan segera sadar beberapa menit lagi” jawabnya sambil keluar dari bayangan

Suaranya tidak parau lagi, sepertinya suara parau itu dibuat-buat. Dan suara ini tidak asing bagi mereka bertiga. Mungkinkah dia itu.....

“Kapten!?” mereka bertiga kaget

“Tunggu dulu, kenapa kau melakukan ini?” tanya Hikari

“Sebenarnya ini memang harus dilakukan pada kalian bertiga, untuk mengembangkan kekuatan kalian. Sekaligus mengetes penemuan barukku, obat tidur praktis” kata Earl sambil mengeluarkan botol kecil berisi serbuk merah

“Jadi orang-orang di kota hanya tertidur?” tanya Hikari

“Tentu saja. Aku juga tak menyangka kalian terpikir untuk sampai ke tempat ini” kata ketua

“Tentu saja tidak ada yang nyata di sana... Sudah pasti itu cerita fiksi dan mata besar itu logo toko buku ini” kata Raichi

“Hebat juga kalian.... ayo ke markas dan sembuhkan luka kalian dan Hitomi” kata ketua

“Lalu siapa anak bertopeng itu?” tanya Hanabi

“Dia adikku, Keiko. Dia bukan Vizulla tapi Keiko sering membantuku kalau kuminta. Sudah jangan bertanya lagi, ayo kembali”

Semuanya sudah selesai, mereka pulang ke markas Shinjitsu. Tapi.... apakah ini benar-benar sudah selesai? Tampak seseorang sedang duduk di atas atap. Siapa kah dia?

“Hm... mereka benar-benar sudah berubah seperti itu” katanya

Power 7 (click here)

0 comments:

Post a Comment

Shinjitsu (Power 6)

On Monday, April 23, 2012 0 comments

Power 5 (click here)
Power 6.

(sudut pandang aku tidak dipakai lagi)

Hikari, Hanabi dan Raichi segera pergi mengikuti jejak-jejak anak bertopeng misterius itu tanpa menceriakan apa-apa pada Hikari.

Hikari yang tidak tau apa-apa hanya mengikuti Hanabi dan Raichi dari belakang. Mereka melewati halaman belakang sekolah yang rimbun, menyebrangi sungai yang menjadi perbatasan sekolah dengan bukit belakang sekolah. Tapi mereka sama sekali tidak menemukan apa-apa

“Sial! Ke mana perginya anak itu!?” kata Raichi

“Memangnya kenapa dengan anak itu?” tanya Hikari yang sudah daritadi ingin tau

“Anak itu... Dia yang membuat semua murid di sekolah pingsan dan dia mengambil partner Raichi”jawab Hanabi tersengal-sengal

“Sudah hampir gelap sekarang. Ayo kita istirahat dulu” kata Raichi

“Istirahat saja di rumahku, tidak jauh dari sini kok!”

“Boleh juga”

Rumah Hikari memang tidak terlalu jauh dari bukit itu. Memang lebih baik di rumah Hikari karena markas letaknya terlalu jauh. Semuanya juga sudah sepakat dengan pendapat Hikari

Mereka  segera berjalan ke rumah Hikari untuk istirahat sebentar. Mereka menelusuri jalan yang mereka lalui tadi sampai di depan sekolah. Suasana jalan sangat sepi, tidak seperti biasanya. Seakan-akan hanya mereka bertiga yang masih hidup di kota itu.

Mereka berjalan menelusuri jalan-jalan yang sangat sepi. Atmosfernya sangat berbeda, atmosfernya terasa menusuk kulit.

10 menit kemudian mereka sampai di rumah Hikari. Semuanya langsung masuk ketika pintu dibukakan, dan segera duduk di sofa sambil menghela nafas. Tapi Hikari langsung bangkit lagi dan memeriksa persediaan mie instantnya.

Untung saja masih tersisa 5 di lemari Hikari. Hikari segera memasak mie instant itu untuk Raichi dan Hanabi yang sedang duduk di sofa. Beberapa menit kemudian mereka sudah di meja makan dengan semangkuk mie panas.

“Waah, arigato Hikari!” kata Raichi sambil tersenyum padaku

“Arigato nee-chan!” kata Hanabi juga

“Dou Ishimashite (terima kasih kembali)....”

Semuanya sudah kenyang sekarang dan siap untuk melakukan pencarian lagi. Raichi sudah berusaha menghubungi markas Shinjitsu tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Semua beranggapan mereka sedang mencari juga.

Sekarang kami kebingungan dimana kita akan mencari lagi... kesunyian yang aneh mendampingi mereka bertiga di rumah.

Tiba-tiba ada suara kaca yang pecah di sudut ruangan memecah kesunyian. Sebuah panah sudah menancap di tembok dengan secarik kertas merah. Mereka segera melihat ke luar jendela itu tapi itu sia-sia. Tidak ada jejak lagi yang tersisa yang ada hanya rumah-rumah lain dan juga langit yang berwarna orange.

“ Aku akan membukanya oke?” kata raichi

“Cepat buka saja!!!” kata Hikari dan Hanabi.

Raichi membuka lipatan kertasnya. Kertas itu berisi teka-teki yang aneh. Raichi membacanya

“Tempat anak-anak bermain dan bersenang-senang
Semua yang menyeramkan dan menyenangkan ada di situ
Banyak jeritan ketakutan dan juga jeritan kesenangan
Semua orang di koshiro pasti mengenal tempat ini
Pergilah saat semua cahaya menjadi seperti bintang”

“Teka-teki.... seseorang pasti menyuruh kita pergi ke suatu tempat” kata Hanabi

“Semua petunjuk megarah pada taman ria. Tapi taman ria yang mana?” kata Raichi

“Taman ria Nakamura... Semua orang pasti mengenal tempat itu” kata Hikari

“Pergilah saat cahaya menjadi seperti bintang... saat lampu menyala...... saat malam! Pergilah saat malam!” kata Hanabi

“Sekarang sudah hampir malam! Cepat kita ke sana!” kata Raichi

Semuanya mengikuti Raichi ke Taman Ria Nakamura. Masih ada setitik harapan lagi yang tersisa untuk menyelamatkan semua orang.

Mereka sudah sampai di Nakamura. Suasananya sangat sepi, tidak ada orang di sana juga tidak ada orang yang pingsan disekitarnya.  Suasana aneh dan mencengkram terasa di depan gerbang yang terbuka itu.

Mereka berjalan masuk ke dalam Taman Ria Nakamura. Sudah ada surat tantangan lagi, kertas berwarna merah yang ditempel di belakang gerbang Nakamura.

“Selama 2 jam, carilah apa yang harus kau cari
Yang sudah diambil tidak akan kembali
 Mereka akan tertidur selamanya
Temukan emas yang paling kau sayangi di bagian atas tubuh”

“Mereka akan tertidur selamanya! Jangan-jangan... Itu semua orang di kota koshiro! Apa mereka belum sadar juga?!” kata Hikari cemas

“Temukan yang paling kau sayangi... Kin (emas, nama partner Raichi) Di bagian atas tubuh.... bagian atas tubuh.... bagian atas tubuh.... kepala” gumam Raichi

“Apa maksudnya itu? Kepala? Tidak mungkin kepala manusia kan?” tanya Hikari

“Mungkin saja patung?” usul Raichi

“Kita hanya diberi waktu 2 jam! Ayo bergerak sekarang” kata Hanabi

Semuanya segera berpencar untuk memeriksa semua patung. Angin malam yang bertiup cukup kencang tidak menggoyahkan tekad mereka untuk mencari Kin.

30 menit sudah berlalu, semua patung di Taman Ria Nakamura sudah diperiksa tapi tetap saja tidak menemukan Kin.

“Bagaimana ini? Semua patung sudah diperiksa kan?” tanya Hanabi yang kecapaian

“Tunggu, Mungkin yang dimaksudkan bukan kepala patung” kata Hikari “Bagaimana kalau suatu tempat. Ummm..... tempan minum? Reverse Head?

“Bingo! ” kata Raichi dan Hanabi

“Kenapa tidak bilang dari tadi sih.....” Hanabi mengeluh

“Sudalah! Cepat pergi!” kata Hikari

Mungkin selama pencarian ini, Hikari dan Hanabi semakin akrab dan Hanabi juga sudah menunjukan sifat manjanya.

Mereka pergi ke Reverse Head itu dan menemukan Kin sedang tertidur di sangkar yang diletakan di meja barnya. Ada kertas merah itu lagi! Kertas merah itu tertempel di sangkar Kin.

“Sekarang apa lagi isinya?” tanya Hanabi

“Tunggu sebentar” kata Hikari

“Waktu kalian hanya 1 jam 15 menit lagi
Ingatlah yang sudah diambil tidak akan kembali
Temui aku tempat yang semuanya hanyalah ilusi
Di tempat yang terdapat mata yang besar
Tidak ada 1pun yang nyata disana”

“Tidak ada yang nyata disana....” gumam mereka bertiga

Jangan-jangan.....!!!!!  mereka bergumam dalam hati seakan-akan itu tempat yang sudah sering mereka kunjungi.

“Ayo kita pergi sekarang! Kita hanya punya waktu 1 jam lagi!” kata Raichi sambil menaruh Kin di pundaknya

“Dan 15 menit lagi” tambah Hikari

“terserah...” balas Raichi

Mereka semua segera pergi ke “tempat itu”. Sudah pasti mereka tergesa-gesa, hanya tersisa 40 menit lagi. Kalau telat sedikit saja semuanya tidak akan sadar selamanya.

Sepertinya ini tidak akan mudah. Ditengah jalan mereka diserang oleh Michiru, Hitomi dan Akira. Mereka terlihat seperti dikendalikan, menatap mereka dengan tatapan kosong.

“Hei!! Sadarlah!!!” teriak Raichi

Itu semua tida berguna, mereka tidak mendengarkan dan terus menyerang. Hikari merasa tidak ingin melukai teman sendiri, begitu juga Raichi dan Hanabi. Mereka hanya terus menghindar.

“Oh ayolah! Kita harus menyerang mereka! Setidaknya membuat mereka pingsan saja!” usul Raichi

“Betul juga....” kata Hanabi

Memang kalau terus menghindar tidak akan membawa efek apapun. Raichi mulai menyerang Akira dengan bola apinya. Tapi sayangnya apinya diapadamkan oleh air Hitomi

“Sial! Air kelemahanku!” guman Raichi

Perlahan-lahan Hikari dan Hanabi juga ikut menyerang.  Hanabi menyerang Akira, laharnya kena tapi tidak terlalu melukainya.

Akira balas menyerang Hanabi, bayangannya menjalar dan mencabik lengan Hanabi. Sekarang lengan Hanabi sudah penuh dengan torehan dalam, darah mengucur dari tempat itu.

“Hanabi, Daijobu (Baik-baik saja)?” tanya Hikari

“Daijobu desu yo (Aku baik-baik saja)” jawab Hanabi

“Hei Raichi! Hanabi terluka!”

“Kita harus selesaikan ini secepat mungkin!”

Hikari mengubah cahayanya menjadi setipis benang, sekarang cahanya hanya berupa sorotan cahanya super kecil. Hikari menyerang Hitomi dengan membuat torehan-torehan yang dalam di tubuh Hitomi dengan cepat.

Sekarang tubuh Hitomi juga penuh dengan torehan dalam. Hitomi balas menyerang dengan tombak airnya, itu membuat betis Hikari terluka sedikit parah.

Raichi menembakan bola-bola apinya pada Michiru sedangkan Michiru membuat listriknya menjalar dan menyetrum tubuh Raichi.

Hikari, Hanabi dan Raichi sudah kelelahan. Entah sudah berapa lama waktu terbuang gara-gara mereka. Sedangkan Akira, Michiru dan Hitomi meskipun mereka juga sudah terluka tapi mereka terlihat biasa saja.

Sekarang mereka harus bagaimana supaya bisa mengalahkan Akira, Michiru dan Hitomi? Mereka semua terlalu kuat dan lebih berpengalaman daripada Raichi yang baru 1 tahun masuk Shinjitsu apalagi Hanabi dan Hikari yang baru-baru ini.

“Hikari, keluarkan cahaya. Alihkan perhatian mereka, kita akan kabur. Hanabi semprotkan lahar pada mereka aku akan membantu” bisik Raichi

“ok”

Sepertinya memang benar, dalam pertarungan yang sesungguhnya otak juga sangat diperlukan untuk membuat strategi.

Hikari menyorotkan cahaya ke mereka bertiga, Hanabi dan Raichi menyemprotkan lahar dan api. Untuk sementara mereka berhasil kabur. Tapi mereka pasti akan segera mengejar.

Hikari, Hanabi dan Raichi harus cepat sampai ke tempat itu sebelum terkejar. Berapa banyak waktu yang tersisa?

Mereka harus sudah sampai sekarang. Sepertinya Akira, Michiru dan Hitomi belum kelihatan di belakang mereka.

Mereka sampai ke tempat itu, tempat yang terdapat mata yang besar tanpa ada gangguan. Mereka segera mencari yang tidak nyata di dalamnya.

Semuanya tidak semulus yang dibayangkan, mereka dihalangi oleh sekawanan lebah di lorong. Lebah-lebah itu sangat banyak, mungkin jutaan!

“Hanabi, kau sudah bisa mengubah laharmu?” tanya Hikari

“Akan kucoba” Kata Hanabi

Hanabi mencobanya tapi gagal. Raichi dan Hikari mencoba menghabisi lebah itu dengan kekuatan mereka, tapi lebah itu tidak ada habisnya! Hikari sudah tersengat 3 kali sedangkan Raichi hanya sekali.

“Hikari, daijobu?”

Daijobu desu yo

Hanabi terus mencoba mengubah laharnya tapi hasilnya hanya percikan-percikan yang tidak cukup untuk melelehkan lebah-lebah itu.

“Oh, Ayolah!” gumam Hanabi

Tiba-tiba jutaan lebah itu jatuh ke tanah .dibarengi dengan percikan lahar. Banyak barang yang berjatuhan di “tempat itu” akibat pertarungan melawan lebah.

“Yatta (berhasil)!” sorak Hanabi

Omedeto ne!’” pujiku

Mereka segera berlari secepat mungkin ke tempat yang tidak nyata. Waktunya pasti hanya tinggal 5 menit lagi, tentu saja mereka panik sekarang.

Akhirnya mereka sampai ke tempat yang tidak nyata. Seseorang bersandar di samping rak, wajahnya tertutup oleh bayangan rak besar itu.

“Kalian hebat juga bisa sampai di sini” kata suara parau itu

“Lalu selanjutnya apa!?” kata Raichi

“Cepat sadarkan semua orang di kota!” kata Hikari

“Sepertinya mereka akan segera sadar beberapa menit lagi” jawabnya sambil keluar dari bayangan

Suaranya tidak parau lagi, sepertinya suara parau itu dibuat-buat. Dan suara ini tidak asing bagi mereka bertiga. Mungkinkah dia itu.....

“Kapten!?” mereka bertiga kaget

“Tunggu dulu, kenapa kau melakukan ini?” tanya Hikari

“Sebenarnya ini memang harus dilakukan pada kalian bertiga, untuk mengembangkan kekuatan kalian. Sekaligus mengetes penemuan barukku, obat tidur praktis” kata Earl sambil mengeluarkan botol kecil berisi serbuk merah

“Jadi orang-orang di kota hanya tertidur?” tanya Hikari

“Tentu saja. Aku juga tak menyangka kalian terpikir untuk sampai ke tempat ini” kata ketua

“Tentu saja tidak ada yang nyata di sana... Sudah pasti itu cerita fiksi dan mata besar itu logo toko buku ini” kata Raichi

“Hebat juga kalian.... ayo ke markas dan sembuhkan luka kalian dan Hitomi” kata ketua

“Lalu siapa anak bertopeng itu?” tanya Hanabi

“Dia adikku, Keiko. Dia bukan Vizulla tapi Keiko sering membantuku kalau kuminta. Sudah jangan bertanya lagi, ayo kembali”

Semuanya sudah selesai, mereka pulang ke markas Shinjitsu. Tapi.... apakah ini benar-benar sudah selesai? Tampak seseorang sedang duduk di atas atap. Siapa kah dia?

“Hm... mereka benar-benar sudah berubah seperti itu” katanya

Power 7 (click here)

0 comments:

Post a Comment